pic source: pixabay.com |
Waktu saya bayi, rada gedean sampai kira-kira masuk SD itu banyak banget deh foto-fotonya. Foto-foto si adek lumayan banyak juga, tapi masih nggak sebanyak foto-foto saya. Pokoknya ada aja macem-macem gaya mulai dari yang normal, muka datar ala foto KTP sampai ekspresi absurd semuanya ada.
Dari bayi belum bisa ngapa-ngapain, leher udah bisa tegak, selamatan pertama, acara turun tanah dan acara-acara adat ala orang Jawa yang secara bertahap diselenggarakan dalam kurun waktu usia tertentu anak juga ada kok. Dokumentasi barang yang saya pilih waktu kecil juga ada, sampai sekarang saya keinget kan jadinya apa barang yang saya pilih: sisir sama kaca. Bikin orang-orang meramalkan masa depan saya sebagai orang yang seneng dandan dan ahli kecantikan - yang tentu aja nggak sama sekali. Jauh bener ya jalan yang saya pilih selama ini dengan tebakan jadi apa kira-kira kalau saya besar nanti versi saat itu.
Saya nggak bisa nyalahin orang-orang tua yang kebanyakan lebih punya banyak dokumentasi anak pertama mereka ketimbang anak-anak berikutnya sih. Karena beberapa hal berikut ini:
#1 Anak pertama dan momen pertama bersamanya
Yah namanya juga anak pertama, masa kali pertama pasangan suami istri berubah status menjadi orang tua, makanya jadi berkesan. Kalau biasanya cuma berduaan aja dan bebas pacaran, kemudian adanya sosok bayi yang serta merta mengubah semua kebiasaan dan aktivitas mereka. Malam-malam terbangun karena tangis si bayi, pengalaman belajar memandikan dan mengurus bayi oleh si ibu, pengalaman menggendong bayi baru lahir untuk ayah dan sebagainya-sebagainya.
Dimanapun, yang pertama itu seringkali lebih mengesankan dan anak pertama menimbulkan banyak sekali hal-hal yang sebelumnya nggak pernah dilakukan kemudian untuk pertama kali dan selanjutnya harus dilakukan. Mereka juga gampang banget surprise dan terkesan dengan perkembangan si bayi, kayak semacam yuk abadikan gaya unik si kecil seperti di https://www.zwitsal.co.id/momen-gayaku, ini kan pertama kalinya dia bisa makan sendiri tanpa disuapin.
Terlebih pasangan suami istri yang cukup lama menikah baru mendapatkan keturunan seperti orang tua saya.
#2 Perhatian belum terbagi
Ketika si adik lahir sementara kakaknya masih bayi, balita atau masih anak-anak otomatis perhatian orang tua terbagi antara adik dan kakaknya. Ini akan terjadi mulai dari anak kedua hingga berikut-berikutnya. Jadi untuk momen lucu-lucu si adek di keseharian nggak semuanya bisa kerekam karena orang tua juga harus mendampingi si kakak untuk bermain atau belajar juga. Orang tua juga berusaha sebaik mungkin agar adik mendapatkan perhatian yang cukup dan si kakak juga tidak kekurangan perhatian sehingga merasa cemburu dengan kehadiran adiknya.
Sudah kelelahan duluan dengan merawat dua anak dan mengerjakan pekerjaan rumah - apalagi kalau si ibu bekerja juga, jadi nggak segercep waktu anak pertama dimana tumpuan perhatian masih ke satu anak aja.
#3 Perbedaan teknologi
Waktu kita kecil dulu, mengambil foto dengan sering dan rutin memerlukan effort dan biaya yang tidak sedikit. Karena tahu sendiri kan gimana kamera analog?
Kita membutuhkan film untuk mengambil foto, cahaya yang benar dan sebagainya untuk menghasilkan foto yang bagus. Setiap foto yang diambil pastinya mengurangi jumlah film yang tersimpan di kamera, namun bukan jaminan foto yang diambil hasilnya bagus. Seringkali kabur, efek mata bersinar, efek cahaya terbakar macam-macam deh. Dari sekian banyak foto yang diambil, yang bagus dan layak tampil mungkin cuma beberapa aja.
Dan untuk tahu gimana hasil foto itu nggak bisa intip-intip, semuanya harus dicuci cetak baru bisa dilihat hasilnya dan disortir. Karena beberapa tahapan ini, serta biaya yang harus dikeluarkan makanya orang sangat pemilih pada foto yang ingin mereka ambil atau tidak.
Nggak seperti sekarang yang bisa setiap saat ambil foto, bahkan ratusan dalam sekali waktu juga nggak masalah asal memorinya cukup. Kalau jelek tinggal dihapus, sortir gampang dan tinggal pindah ke flashdisk atau laptop, nggak semuanya harus dicetak tapi foto yang bisa dilihat-lihat kapanpun sih tetep aja ada.
Ini yang bikin foto-foto anak kedua dan seterusnya nggak beda jauh banyaknya sama anak pertama seperti zaman dulu kalau menurut saya. Ada juga teman yang rajin banget update anak-anaknya baik anak pertama, kedua, ketiga di media sosial. Apapun kegiatannya dan apapun momennya.
Yah zaman memang sudah berubah ya, dan dengan itu semoga nggak ada sirik-sirikan antara si sulung dan bungsu soal banyaknya foto masa kecil :p
Anak terakhir juga sih
ReplyDeleteSecara paling kecil paling mungil paling disayang dan paling diomongin dimana manaaaa
#CedihAkuTu #AnakTengah
Wihiiwwww xDDD
ReplyDeleteaku juga ngerasain kak!
Secara aku anak pertama dengan 4 orang adik yang jaraknya ga deket2 banget. Sangat terasa lah.
Tapiii malah serunya kalau jaman dulu tuh foto langsung dicetak. Kalo sekarang kan ngumpul aja tuh di storage xD
sebagai anak satu-satunya, i beg to differ hahaahaaaaa
ReplyDeletefoto saya nggak terlalu banyak karena mak bapak saya lebih asik foto-foto sendiri
(iya tapi kalo kasus keluarga koplak kaya keluarga saya emang rada jarang hehehe)