Why you love coffee so much?
"I just love it for no reason," saya mengedikkan bahu menjawab pertanyaan suami. Saking seringnya saya memilih kopi sebagai minuman yang saya pesan dimanapun kami sedang makan atau jalan ke suatu tempat.
Karena memang begitulah, seperti perasaan jatuh cinta yang kita tidak tahu apa pemicunya, apa sebab utamanya tetapi demikian menarik hingga kita tidak bisa lepas dari cengkeraman perasaan itu. Bukan karena saya terlalu romantis dalam menyusun kata untuk mendeskripsi rasa suka pada jenis minuman, tapi ayolah.... siapa sih yang bisa menjelaskan dengan baik dan rinci mengenai mengapa mereka menyukai sebuah menu makanan atau macam-macam minuman? Kita menyukainya hanya karena kita suka ya kan?
Mungkin karena rasanya terasa pas dan cocok di lidah saya, mungkin alasannya memang hanya sekadar itu.
Mulai kapan rasa suka saya pada kopi bermula, sudah kelewat lama sampek saya sudah lupa sejak kapan. Bahkan jaman ngiket tali sepatu sendiri aja belum bisa, masih belum lagi sekolah saya sudah doyan kopi. Mungkin karena nenek dan ibu saya sama-sama gemar minum kopi dan mereka selalu menyeduh kopi setiap hari, cuma beda di jamnya saja. Nenek saya minum kopi ketika pagi, kadang juga sore sementara ibu saya lebih memilih kopi menjadi minumannya selepas kerja di siang hari.
Kopi tidak pernah absen dari meja di dapur kami dan setiap kali diseduh aromanya selalu menguar kemana-mana, bahkan wanginya saja sudah bikin naksir. Nenek saya juga mengolah kopi sendiri mulai dari memasak kopi dengan cara disangrai kemudian dihaluskan dengan menumbuk memakai lumpang dan alu besi. Dalam ingatan saya, kopi yang paling enak ya yang diolah sendiri seperti itu karena teksturnya yang sedikit kasar dan bila diseduh meninggalkan ampas. Ampas kopi yang diolah sendiri rasanya enak, bahkan saya suka mengunyahnya setelah kopi habis di dasar gelas.
Iya, saya suka kopi tapi saat ini tehlah yang banyak menggantikan hari-hari saya meminum kopi sejak saya memulai proyek minum kopi seminggu sekali setelah cukup sukses dengan proyek pribadi yang sebelumnya: dua hari secangkir kopi.
Tea could calms me down.
Di sore hari yang saat ini lebih sering hujan ketimbang cerah. Saya jadi semakin menyukai teh hangat, racikan teh favorit saya saat ini adalah teh Sariwangi yang dicampur dengan crimer tanpa gula tambahan dan diseduh dengan air panas. Tentu, saya tetap harus menjaga kepekatannya agar sewarna teh yang sedang, tidak terlalu hitam biar tetap sehat.
Paksu yang awalnya menyarankan pergantian minum kopi yang lebih jarang karena dia mengkhawatirkan kesehatan saya yang terlalu sering minum kopi hampir tiap hari. Yah, saya tidak bisa melewatkan waktu tanpa meminum kopi memang sih. Tapi dengan menguranginya perlahan, hingga saat ini nggak masalah.
I can live with it :)
dulu sebelum nikah aku jg penggemar kopi nin, good day favoritku. tp setelah menikah mulai berkurang minum kopi. Good job nin klo udah berhasil menguranginya, memang kopi terlalu sering tidak bagus untuk kesehatan. Eits teh jg jgn keseringan ya ;) pengalaman mertuaku yg suka rutin minum teh dari muda, skrg kena batu ginjal
ReplyDeleteKopi..sulit dideskripsikan dg jelas ketika rasa 'suka' pada kopi itu menjelma pada diri seseorang..
ReplyDeleteaku akhir-akhir ini lagi butuh buanyaak kafein
ReplyDeleteI still don't get it why I never like coffee..
ReplyDeletePlease recommend any delicious one to try kak ninn
P.S.
I do love tea too, but not really.
Fresh cold water is everything for meh hhehehee
emang benar sih, kebanyakan kita tidak punya alasan utama untuk menyukai suatu hal.
ReplyDeletekopi juga bisa jadi alasan utama kalau tidak bisa tidur. hehe