Suatu hari di bandara Soekarno - Hatta Cengkareng, ketika saya masih tinggal di Jakarta dan sedang mengantar si adek untuk balik ke Malang dengan cara perjalanan via pesawat ke Surabaya yang kemudian akan dilanjutkan dengan naik travel ke Malang seusai liburannya bareng saya. Kami sedang duduk di sebuah outlet yang menjual kue sus dengan isi bermacam-macam.
Kami sama-sama penggemar kue sus isi keju dari outlet tersebut dengan filling kejunya yang lembut dan berlimpah. Kejunya creamy tapi nggak bikin eneg dan rasanya rich banget. Sementara rasa cokelat dan cappuccino sebagai filling menjadi favorit kami yang berikutnya.
Pada semua perjalanan yang melibatkan pesawat dan bandara, saya lebih suka berangkat lebih awal untuk meminimalisir resiko terlambat karena berbagai sebab, yang paling fatal menjadi masalah di ibu kota tentunya adalah kemacetan. Nggak lucu rasanya tiket pesawat seharga ratusan ribu dan perjalanan yang sudah benar-benar diperhitungkan dan direncanakan kemudian harus batal dan hangus. Sayang seribu sayang.
Pada semua perjalanan yang melibatkan pesawat dan bandara, saya lebih suka berangkat lebih awal untuk meminimalisir resiko terlambat karena berbagai sebab, yang paling fatal menjadi masalah di ibu kota tentunya adalah kemacetan. Nggak lucu rasanya tiket pesawat seharga ratusan ribu dan perjalanan yang sudah benar-benar diperhitungkan dan direncanakan kemudian harus batal dan hangus. Sayang seribu sayang.
Ketika saya masih tinggal di Jakarta, secara periodik si adek memang datang berkunjung. Kadang untuk cuma main dan liburan, kadang kebetulan pas dia libur kuliah saya jatuh sakit di perantauan. Lumayan juga ada dia yang bisa beliin saya makanan dan obat hehe. Tapi tiketnya memang bikin bangkrut banget bayarinnya sih haha.
Sedang duduk sambil menunggu dekat-dekat jam boarding, si adek pamit mau menyatroni ATM yang letaknya tidak jauh dari outlet untuk melakukan tarikan tunai. Saya mengangguk, tinggal di tempat dengan ransel dan tas dia yang ditaruh di kursi sebelah saya. Mas-mas pembuat kue sus memanggil nama saya karena pesanan saya sudah siap, saya menghampiri dia sebentar dan kembali duduk di tempat semula saat si adek kembali dan nyamperin saya, kemudian berbisik.
Sedang duduk sambil menunggu dekat-dekat jam boarding, si adek pamit mau menyatroni ATM yang letaknya tidak jauh dari outlet untuk melakukan tarikan tunai. Saya mengangguk, tinggal di tempat dengan ransel dan tas dia yang ditaruh di kursi sebelah saya. Mas-mas pembuat kue sus memanggil nama saya karena pesanan saya sudah siap, saya menghampiri dia sebentar dan kembali duduk di tempat semula saat si adek kembali dan nyamperin saya, kemudian berbisik.
"Mbak itu ambil uangnya caranya gimana ya? Kok ATMnya beda nggak ada tombolnya," kata dia malu, "daripada malu-maluin aku balik aja lah,"
Sontak saya menahan tawa dan menjelaskan kepada dia bahwa mesin ATMnya sudah canggih dengan teknologi masa kini, yakni touch screen jadi nggak perlu tombol lagi. Saya minta dia untuk kembali ke mesin dan mengulang transaksi tapi dia menolak, nanti saja katanya sekalian mau ke ruang tunggu.
Sontak saya menahan tawa dan menjelaskan kepada dia bahwa mesin ATMnya sudah canggih dengan teknologi masa kini, yakni touch screen jadi nggak perlu tombol lagi. Saya minta dia untuk kembali ke mesin dan mengulang transaksi tapi dia menolak, nanti saja katanya sekalian mau ke ruang tunggu.
Saya jadi keinget masa-masa awal kuliah dimana saya nggak tahu bagaimana cara transfer uang via ATM. Jangankan transfer ya, ATM saja nggak punya pas awal kuliah. Namanya juga anak baru lulus SMA kota kecil, lihat orang punya kartu ATM aja kayaknya keren. Iya tahu norce banget haha. Memang waktu itu belum era jayanya alat pembayaran online seperti dompetku.com, sms banking atau internet banking. Mungkin sudah ada penggunanya sih, cuma saya belum melek bener aja kali. Jadi kalau mau transferin saya, si mami harus nitip ke adik sepupu saya yang kuliah di fakultas yang sama beda jurusan. Saya kudu janjian dulu sama dia kalau mau ambil uang. Repot sih, apalagi kalau jadwal kuliahnya bener-bener padet. Jadi nggak bisa ketemu kan.
Untung beberapa bulan kemudian saya buka tabungan dan jadi punya kartu ATM, nggak usah nebeng-nebeng lagi.
Pengen pnya rekeng sndri biar gampang transfer2. Tp klo buat nabung kyaknya gak bs rutin penghasilan masih pas2an. Ada masukan, Nin?
ReplyDeleteNindaaaaa, jadi blog utama mu yang mana sih? banyak banget dan rajin update bok. *nyembah
ReplyDelete