Saya tidak menyukai masa SMA saya.
Bukan, saya tidak memiliki alasan yang sama dengan yang dipunyai salah satu sahabat saya Nadia.
Ini bukan karena saya tidak memiliki perhatian yang cukup, karena sampai sekarangpun saya masih tetap menyukai sepi jika saja urusannya cuma soal pribadi.
Ini lebih karena dimasa SMA banyak sekali manusia-manusia berkepribadian tidak menyenangkan. Entah orang-orang yang lumayan akrab dengan saya atau yang cuma sebatas tahu. Entahlah mengapa saya merasa bahwa saya begitu terganggu dimasa SMA sehingga tidak memiliki pandangan yang baik dengan mayoritas orang-orang di SMA saya.
Jadi itulah kenapa saya memutuskan tidak mengikuti reuni akbar yang diadakan SMA saya. Tidak ada orang yang kepingin saya temui dan kenal. Mereka dalam memori saya begitu mengganggu dan menyebalkan.
Saya rasa saya akan memulainya pelan-pelan, tidak akan mengapprove orang-orang yang tidak saya kenal baik meskipun berasal dari SMA yang sama dulunya. Dan akan mulai meremove orang-orang yang minim interaksi. Saya sedang merasa dalam puncak kemarahan pada kenangan dan sedang merasa benar-benar tidak butuh.
Semasa SMA dulu saya juga pernah mengagumi seseorang. Seseorang yang dalam saat-saat terakhir bisa saya sebut teman. Seseorang yang membuat saya bisa berbincang dengan orang-orang seangkatan dia.
Jadi saya rasa itu mungkin ada hikmahnya.
Namun itu saya ketika berpikiran waras.
Dengan pikiran saya yang saat ini sedang pekat, saya jadi membencinya lagi. Membenci apa yang terjadi saat itu, membenci apa yang mungkin dia lakukan saat itu meskipun saya tidak tahu.
Namun menyiarkan pada seluruh dunia bahwa saya menyukai dia, itu benar-benar bukan sesuatu yang bisa saya maafkan. Sekagum apapun saya pada dia saat itu. Tapi dia pada kenyataannya tidak sehebat yang saya pikir waktu itu.
Saya memang berlebihan. Ah dia hanyalah kakak kelas biasa yang kebetulan saja populer.
Saya menyesali kenyataan itu. Bahwa waktu itu saya mengagumi dia.
Wah mestinya saya memilih orang yang sama cupunya dengan saya saja. Seseorang yang tidak sepopuler dia.
Meskipun sebenarnya tidak ada yang bisa ditaksir waktu itu, karena kalau dipikir-pikir tidak ada orang yang saya kenal yang sama baiknya dengan lelaki saya.